MENUJU ZONA NYAMAN
Bismillahirahmanirahim
Mungkin temen temen sering baca atau dengar istilah ‘keluar dari zona nyaman’. Sebuah kalimat simpel yang didedikasikan untuk sebuah perjuangan melakukan tindakan besar. Disini saya sebagai seorang yang maunya ‘dizona nyaman’ terus, kalimat tersebut sebuah kalimat menjanggal, lah bagaimana tidak menjanggal wong saya maunya dizona nyaman. Yang teripikir dibenak saya ialah, sulit bagi saya untuk keluar dari zona nyaman, dan maunya dizona nyaman terus! Siapa juga yang mau susah dizona tidak nyaman.
Mungkin hal itu terjadi juga pada temen temen? Kalau tidak terjadi saya ucapkan selamat berjuang dihidup yang tidak nyaman! Lah kan tadi bilang mau keluar dari zona nyaman, berarti masuk zona tidak nyaman dong? Sebab hanya dua pilihan, aku atau dia pilih Zona nyaman atau tidak nyaman, wkwk
Ditulisan ini saya ingin mengajak temen temen untuk mengubah kata-kata ‘keluar dari zona nyaman’ diganti menjadi “Keluar dari Zona Nyaman untuk Memasuki Zona Nyaman“! Emang bisa?
Sebab jalan ini, ialah jalan yang ditempuh Nabimu dan Nabiku shalaulahualahi wa sallam, dan orang yang mengikutinya dengan baik. Inilah zona nyaman, zona dimana kita keluar dari kubangan maksiat menuju jalan ketaatan, inilah zona nyaman sesungguhnya! Saking nyamannya para Nabi dan Rasul memperjuangkan untuk itu! Ialah zona Kenikmatan Surga yang abadi, itulah zona nyaman sesungguhnya!
Kalau kata Ibnu Taimiyah; didunia ini ada surga, siapa siapa yang tidak memasukin surga dunia, maka ia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak!
Walaupun saya bukan ahli agama, ada sebuah ayat yang menurut saya membuat kita memasuki zona nyaman; bunyinya ‘alabidzikrillahi tathmainnulqulub , ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. Bukankah ketenangan sesungguhnya terletak pada hati? Bukankah ada yang menikmati banyak kehidupan didunia ini, harta melimpah, pacar dimana-mana, dan kemegahan lainnya. Lalu mereka curhat dengan ketidak tenangan hidupnya. Dan bukankah ketenangan hati termasuk zona nyaman?
Lalu ada yang bertanya, saya udah mengingat Allah tapi kok belum tenang juga? Bahkan sudah saya pasang di bio instagram saya nama Allah, tapi masih sering merasakan kegelisahan?
Ada perkataan yang indah dari sahabat mulia ibnu Mas’ud; jika kalian ingin melihat orang mencintai Allah maka lihatlah kedekatannya dengan Al Quran
Kedekatan dengan Al Quran selain dia rajin membaca, ialah ia yang juga rajin mentadabburi ayat-ayat-Nya, memahami ayat, dan mengamalkan setiap kalimat yang ia pahami dalam kehidupan yang nyata. Itulah hakikat kedekatan seseorang dengan Al Quran. Mungkin pernah mendengar perkataan dari Sayyidah Aisyah bahwa Akhlak Nabi Muhammad shalaulahualahi wa salam ialah AlQuran. Sebab beliaulah orang yang paling sempurna dalam mengamalkan Al Quran. Itulah hakikat cinta pada Allah. Meninggalkan segala larangan dan mengerjakan perintah Allah!
Kehidupan kita terbatasi oleh umur, terlebih ruamg gerak yang minim sehingga bwlajar dari pengalaman dari diri pribadi tidaklah cukup.
Telah panjang sejarah manusia menapaki jalan hidup didunia ini, kita tinggal pilih kebidupan semacam apa yang kita idamkan, hanya perlu belajar dari kesalahannya agar tidak terjatuh pada kesalahan yang sama. Dan belajar pada kebenaran agar bisa menapaki jalan yang terbaik.
Dialah Mushab bin Umair sang diplomat islam pertama, yang memiliki segudang kelebihan. Dimulai dari parasnya yang tamvan menawan, pakaian yang elite, kecerdasan yang telah diakui, dan berbagai macam kelebihan lainnya.
Saat jalan hidayah telah datang padanya saat itulah ia tinggalkan hal-hal tersebut yang kebanyakan manusia mengejarnya.
Siapa sangka yang nantinya ia memegang bendera tauhid dengan tangan kanannya diwaktu perang Uhud tangan kanannya tertebas oleh musuh, dan dialaihkan ke tangan kiri, tangan kirinya putus pula, sehingga dadanyalah yang menahan bendera mulia tersebut, berakhir dengan syahid fisabilillah.
Lalu kapan mau memasuki zona nyaman ini? Zona nyaman dalam perjuangan, perjuangan menghapai ridho illahi, perjuangan menuju zona ternyaman, yakni Surga Allah subhanaullahu wa taala, yang seluas langit dan bumi.
Yonas Sahirin
Komentar
Posting Komentar