Mencintaimu adalah Perjuangan
Bicara
mengenai Cinta, siapa yang tidak mengenalnya?
Lalu,
siapa juga yang tak pernah merasakannya?
Tak
peduli Cinta yang didasari oleh nafsu atau cinta atas dasar iman dan taqwa
Semua
manusia pasti merasakannya
Buya
Hamka pernah bicara mengenai cinta
Menurutnya,
"Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia
laksana setitis embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Jika ia jatuh
pada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia,
budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai terpuji"
Wahh,
perkataan Buya Hamka memang selalu menarik untuk kita simak yaa…….. ๐
Jadi,
Cinta seperti apa yang sahabat ingin bangun?
Cinta
atas dasar nafsu atau iman dan taqwa?
Bicara
tentang Cinta, tidak akan lengkap jika hanya membahas tentang Cinta kepada
manusia
Cinta
yang pertama adalah untuk Allah semata, kedua kepada Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam
Di
dalam Surah Ali-Imron ayat 31, Allah berbicara mengenai Cinta kepada-Nya :
ُْูู ุงِْู ُْููุชُู
ْ ุชُุญِุจَُّْูู ุงَّٰููู َูุง ุชَّุจِุนُِْْููู
ُูุญْุจِุจُْูู
ُ ุงُّٰููู ََููุบِْูุฑْ َُูููู
ْ ุฐُُْููุจَُูู
ْ ۗ َูุง ُّٰููู ุบَُْููุฑٌ ุฑَّุญِْูู
ٌ
Katakanlah
(Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."
Sahabat
pasti pernah membaca atau mendengar kisah Nabi Ibrahim Alaihi Wa Sallam,
kan?
Saat
beliau "diuji perasaan cintanya" terhadap Allah Ta’ala
Iya,
kisah penuh pembelajaran tersebut terjadi ketika beliau bermimpi untuk menyembelih
anak kandungnya yaitu Nabi Ismail Alaihi Wa Sallam
Padahal
beliau saat itu telah menunggu waktu yang sangat lama untuk mempunyai keturunan
Ujian
ini sebenarnya adalah ujian kedua setelah “ujian cinta” pertamanya yaitu saat
beliau meninggalkan putra dan istrinya yaitu Ibunda Hajar di tanah kering lagi
tandus yaitu padang pasir sehingga bertambah pulalah ujiannya beliau.
Ujian
pertama yaitu meninggalkan putra dan istrinya,
Ujian
kedua yaitu seruan untuk menyembelih putra kandungnya.
Tetapi
alangkah menakjubkannya cinta Nabi Ibrahim terhadap Allah Ta’ala
Beliau
memenuhi seruan-Nya
Ujian
pertama dilewatinya dengan meninggalkan sebuah mata air yang kita kenal sampai
sekarang dengan air zam-zam
Ujian
kedua dilewatinya dengan menyembelih putranya, tetapi sebelum hal tersebut
terjadi kekuasaan Allah datang dengan mengganti putranya dengan seekor
domba/kambing
Allahu
Akbar...
Kisah
penuh pembelajaran tersebut kemudian yang kita peringati sebagai hari raya
kurban atau Idul Adha (tasyrik)
Maha
Benar Allah dengan segala perintah-Nya
Kita
sebagai manusia selalu mempunyai harapan dan impian,
Tetapi
takdir Allah selalu baik dan benar bagi hamba-Nya...
Jika
kisah penuh hikmah tersebut kita terapkan di kehidupan kita,
Apakah
kita juga akan menjawab seruan-Nya?
Tidak
perlu yang berat seperti kisah menyembelih putra Nabi Ibrahim,
Misalnya
saja saat ada sahabat kita yang mengajak kita untuk ikut kajian yang penuh
adab, ilmu, serta disampaikan oleh ustadz yang sangat baik penyampainnya
Apakah
kita akan ikut dengannya?
Atau
ada sebuah agenda dari organisasi keislaman yang insyaaAllah bermanfaat bagi
kita tetapi ada persyaratan yang harus kita penuhi,
Akankah
kita menjawab seruan-Nya?
Memang
bukan seruan dari Allah langsung seperti kisah Nabi Ibrahim, tetapi melalui
perantara makhluknya yang bernama manusia, barangkali dari sahabatmu sendiri
Apakah
kamu akan menjawab seruan-Nya?
Mari
kita jujur terhadap diri kita sendiri,
Banyak
kebaikan disekeliling kita yang barangkali kita perlu menjadi bagian untuk menjawab
seruan-Nya
Jadi,
sudah sejauh mana kamu membuktikan cintamu kepada-Nya?
Dari
sahabatmu yang masih terus belajar dan semoga tetap dalam kebaikan,
Saiful
Rizal Cahyadi
Referensi
Komentar
Posting Komentar